Mari kita berhenti sejenak untuk merenungkan kembali masa lalu kita, apakah ia dihiasi dengan dosa atau kebajikan? Sudah cukupkah bekal kita untuk menghadap-Nya? Dosa-dosa ibarat noda-noda. Ia akan menggelapkan hati kita hingga hati kita semakin sulit memperoleh hidayah-Nya. Dosa-dosa itu, kecil atau besar, akan mempengaruhi hati dan jiwa kita. Dan pengaruhnya, kata Imam Ibnul Qayyim, seperti racun dalam tubuh. Pada akhirnya kita semakin ingin berbuat maksiat. Oleh karena itu, jangan pernah meremehkan dosa sekecil apa pun atau engkau akan terus menerus melakukan dosa itu!
“Aku adalah seorang yang banyak berbuat maksiat, tapi aku ingin bertaubat kepada-Nya, apakah Tuhan masih mau menerima dan mengampuniku?” Sebanyak apa pun dosa-dosa yang telah engkau perbuat, janganlah membuatmu berputus asa dari mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Apabila hatimu sudah mengeras membatu, yang membuat hatimu galau dan sulit khusyu ketika mengingat-Nya, janganlah engkau berhenti berharap kepada-Nya.
Janganlah engkau merasa bosan untuk berdiri di depan pintu-Nya, meskipun engkau diusir. Dan janganlah engkau berhenti untuk memohon maaf, meskipun permohonan engkau itu ditolak. Jika pintu tersebut dibuka untuk orang-orang yang diterima amalnya maka bertingkahlah seperti anak kecil. Ulurkan tanganmu ke arah pintunya itu, dan katakanlah, ‘Saya adalah orang miskin, berilah sedekah kepada saya’. Teruslah berusaha, sampai engkau merasakan seberkas cahaya masuk ke dalam hatimu. Semakin lama cahaya itu semakin besar sehingga membuat dosa-dosa itu tersingkir dalam hatimu.
Selalu ada harapan untukmu selama terus berusaha dan tidak berputus asa. Dengan harapan itu engkau akan mengetahui betapa besar kasih sayang Allah yang diberikan kepada Anda. Syaikh Said Hawwa dalam bukunya, Jalan Ruhani, mengatakan teruslah berdzikir sekalipun pada saat awal dzikir, kita belum merasakan ketenteraman hati. Hingga pada akhirnya nanti, Allah akan memberikan ketenteraman pada hatimu yang sudah merupakan janji-Nya.
Begitupun dengan anjuran Syaikh Muhammad al-Kandahlawy dalam bukunya, Fadhail Amal, berusahalah untuk menangis ketika membaca ayat-ayat al-Quran. Kalau tidak bisa, berpura-puralah menangis. Tangisan itu akan memberikan engkau kesegaran dan kesegaran akan memberikan engkau ketenangan.
Allah tidak mungkin menjauhimu selama engkau berusaha mendekat kepada-Nya. Allah tidak akan menyia-nyiakan amalmu, karena Dia menyukai orang-orang yang berbuat baik. Kuatkan tekadmu untuk bersimpuh di mihrab taubat. Usirlah setan dengan amal-amalmu, niscaya mereka akan lari terbirit-birit. Allah akan memberikan pencerahan kepadamu dengan apa yang engkau lakukan itu.
Sebagaimana Imam al-Ghazali mendapatkannya, setelah sebelumnya bermujahadah di jalan-Nya. Tidakkah engkau mengenangnya dalam sejarah sebagai ulama saleh yang hidup dalam ketaatan?
Wahai sahabatku, berusahalah dan teruslah berusaha hingga sekalipun hatimu sekeras batu, toh akhirnya berlubang juga karena terus-menerus ditetesi air ketaatan. Janganlah engkau melihat panjangnya perjalanan, karena hal itu hanya bisikan nafsumu saja. Sesungguhnya jalan ketaatan adalah jalan terpendek dan tercepat. Bangkitlah wahai sahabatku, harapan itu masih ada!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar