Selasa, 20 Maret 2012

Batu-Batupun Menangis

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ اْلأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءَ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Baqarah: 74).

Ayat ini berkaitan dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Allah menjelaskan melalui firman-Nya di atas, bahwa sesudah bani Israel dilimpahi berbagai macam tanda kebesaran Allah, mereka menjadi umat yang kejam dan kasar, tidak punya perasaan halus. Jiwa mereka ibarat batu, bahkan lebih keras lagi sehingga tidak mempan lagi diberi pelajaran (Tafsir an-Nur Jilid 1). Tetapi, pada hakikatnya ayat di atas ditunjukkan kepada manusia yang menolak kebenaran Ilahi, padahal ia sudah melihat dan mengenal kebenaran itu.

Ayat di atas juga suatu alegori puitis yang sangat indah mengenai hati manusia. Tuhan menyamakan hati mereka dengan batu, tidak dengan logam-logam keras, adalah karena logam bisa mencair jika dipanaskan, sedangkan batu tidak akan mencair karena dibakar. Inilah inti pesan Allah, "Bahkan (hati mereka) lebih keras lagi (dari batu)."

Lalu benda apakah yang lebih keras dari logam dan batu. "Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya" artinya batu masih membawa feadah karena dia dapat memancarkan sungai, sedangkan hati yang keras tidak dapat memancarkan faedah apa-apa (Tafsir al-Azhar Jilid 1).

Hati manusia dapat dibagi dalam tiga jenis. Pertama, hati yang mati; yaitu hati yang lalai dan tidak pernah mengingat Allah. Kedua, hati yang sakit; yaitu hati yang sedang bermasalah karena sedikit mengingat Allah dan kerap melakukan maksiat. Keadaan hati ini lebih baik daripada hati yang mati. Hati masih tersimpan kerinduan untuk kembali pada-Nya, sedangkan hati yang mati telah terkunci rapat. Ketiga, hati yang sehat; yaitu hati yang hidup dan bercahaya karena senantiasa berdzikir pada Allah, menjauhi larangan-Nya, dan menjalankan perintah-Nya.

"Dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah". Ini sudah membuktikan bahwa seluruh makhluk Allah, termasuk benda mati sekalipun, berdzikir menyebut asma Allah. Maka, ketika batu pun bisa menangis menyebut asma-Nya yang Agung, mengapa hati manusia tidak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar