Minggu, 04 Maret 2012

Pelajaran dari Anak-anak Kepiting

Anakku, semoga Allah melindungi hati kita, hidup kita, keteguhan kita, keimanan kita, kebulatan tekad kita, kebajikan kita, dan semua sifat-sifat-Nya bersama kita.

Ayah ingin mengajakmu berjalan sepanjang tepi padang pesawahan dan melihat-lihat anak-anak kepiting dalam saluran irigasi. Lihatlah di sana ada anak kepiting! Apa­kah ia telah mati? Ia tidak bergerak. Matanya terbuka, te­tapi tampaknya sudah mati. Mari kita ambil dan lihat.

Oh! Engkau dapat membuka kulitnya seperti mem­buka kepala mobil. Lihatlah anak-anak kepiting di dalam­nya. Sang induk biasa hidup di dalam kulit ini, namun anak-anaknya telah memakannya. Kendati mereka ter­bentuk di dalam induknya, mereka memakannya. Dan lihatlah alang kepalang senangnya anak-anak itu seka­rang!

***

Kita pun juga seperti itu. Kasih sayang, ikatan darah, harta kekayaan, tempat tinggal, semua yang kita cintai, segala hasrat, dan semua hubungan yang membawa kita kepada kesenangan tak lebihnya serupa dengan anak-anak kepiting itu. Ketika hubungan ini te­lah terjalin dalam hati dan pikiran serta telah tumbuh dalam diri kita, apa yang terjadi? Mereka menetaskan dan lalu memangsa kebenaran dan kebajikan kita, keadilan dan integritas kita, ketenangan, belas kasih, kesatuan, kesadaran dan sifat-sifat Tuhan. Mereka melumat semua kehidupan kita, menggigit dari dalam hingga kita tak lagi dapat bergerak. Kemudian semut-semut, tikus-tikus, an­jing, rubah, dan kucing memakan apa yang tertinggal.

Pernahkah engkau memperhatikan hal yang demikian? Pada awalnya anak-anak dan uang kita tampak membuat kita bahagia, tetapi kebahagiaan itu sendiri akhirnya memakan dan menghancurkan kita. Se­perti itulah, bila diri kita lekat dengan nafsu birahi, ke­bencian, pikiran dan hasrat, akan memakan jiwa, kebi­jaksanaan, kebenaran dan kebaikan kita. Hidup kita akan ditelan oleh kecintaan-kecintaan kita. Seharusnya kitamengenal perbedaan antara kasih sayang yang salah dan yang benar, dan kemudian hanya memelihara hubungan­-hubungan yang tidak akan menjadi penyebab kita men­derita atau pun hancur.

Satu-satunya hubungan yang sejati adalah hubungan dengan Tuhan dan sifat-sifat-Nya, hubungan dengan ke­bajikan sejati, kedamaian, toleransi, kebenaran, keadilan, integritas, ketenangan, kesabaran dan kepuasan hati. Kita harus membentuk hubungan ini, percaya kepada Tuhan dan memberikan seluruh pujian hanya kepada-Nya. Hubungan yang demikian akan memelihara kita tanpa menyebabkan penderitaan sedikit pun. Semua bentuk kecintaan lain adalah dengan dunia, bagaikan hubunganantara anak-anak kepiting itu dengan sang ibu.

Renungkanlah! Hubungan manakah yang akan membantu kita? Cinta manakah yang akan membunuh kita? Kita harus tahu mana yang baik dan mana yang buruk dalam hidup. Bila kita mengetahui sesuatu itu ada­lah baik maka ikutilah, karena hubungan dengan kebaik­an itulah yang melindungi kita dalam tiga dunia. Tetapi manakala kita menjalin hubungan seerat anak-anak kepi­ting itu, mereka akan melahap kita. “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (Al Maidah: 50).

Mengertilah. Peliharalah dan cintailah segala hal yang dapat melindungi dirimu.Peliharalah dan cintailah kebenaran, keimanan, ketulus­an dan ketetapan hati. Itu akan menjadi kebaikan bagimu. Dan engkau akan terhindar dari anak-anak kepiting itu.Semoga kiranya Allah melindungi kita dan menetapkan kepada kita hubungan yang baik dengan-Nya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar