Selasa, 06 Maret 2012

Rahmat-Nya Tidak Terbatas

إِنَّآ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ {1} فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ {2} إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. al-Kautsar [108]: 1-3).

Surat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. Namun, bukan berarti ayat-ayat itu berhenti pada Nabi Saw. Karena jika terhenti, al-Quran diturunkan bukan untuk umat manusia hingga akhir zaman. Surat itu, secara tidak langsung, juga ditujukan kepada kita, sebagaimana sebuah kaidah masyhur mengatakan, “al-ibratu bi’umumil lafzhi laa bikhushusish sabab, ungkapan itu ada pada umumnya lafaz, bukan pada sebab yang khusus.”

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.” Al-Kautsar adalah kata bentukan dari kata al-katsrah, yang berarti banyak tak terbatas. Jika kita pikirkan tentang nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita, maka jumlahnya sangat banyak dan tak terbatas. Oleh karena itu, ketika ada satu kenikmatan hilang dari kita, bukan berarti Allah membenci kita, karena masih banyak kenikmatan lainnya yang telah diberikannya kepada kita.

وَءَاتَاكُم مِّن كُلِّ مَاسَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللهِ لاَتُحْصُوهَا إِنَّ اْلأِنسَانَ لَظَلُومُُ كَفَّارُُ

“Dan jika kalian hendak menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan bisa menghitungnya.” (QS. Ibrahim [14]: 34).

Orang-orang yang mengidap penyakit missing tile syndrom (syndrom genteng hilang) selalu bersedih dengan kenikmatan yang hilang itu. Diibaratkan, ada sebuah genteng rumahnya yang hilang, ia bersedih karenanya, padahal masih banyak genteng yang lain. Tingkah laku seperti itu adalah tingkah laku orang-orang yang kufur nikmat. Sedangkan ayat di atas adalah hiburan sekaligus peringatan bahwa Allah telah memberikan banyak sekali kenikmatan kepada kita.

Allah memberikan jalan bagi mereka yang mau bersyukur, yaitu dengan mendirikan shalat dan memotong hewan qurban. Shalat merupakan aspek hablumminallah sedangkan memotong hewan qurban memiliki aspek hablumminannas. Sekalipun memotong hewan qurban bukan merupakan kewajiban, tapi ia merupakan perbuatan yang mulia (sunah muakadah), yang sangat dianjurkan Nabi. Dengan memotong hewan qurban dan membagikannya kepada fakir miskin, menunjukkan bahwa, ternyata nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita sangat banyak.

Orang-orang yang taat kepada Allah dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, jangan sampai bersedih karena lepasnya satu nikmat atau merasa dirinya tidak mendapat rahmat Allah. Sesungguhnya mereka yang jauh dari ketaatan, berlaku zalim dan sangat memusuhi agama adalah yang telah terputus dari rahmat Allah Swt. Yang dimaksud kata “terputus” dalam ayatnya, “Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus,” adalah terputus dalam artian sebenarnya. Karena keimanan, kebenaran dan kebaikan tidak mungkin akan terputus. Cabang-cabangnya akan terus berkembang dan akar-akarnya akan terus menghujam ke dalam. Sedangkan kekafiran, kebatilan, dan keburukan itulah yang pasti terputus, sekalipun tampak berkembang, maju, dan perkasa.

Demikianlah Allah telah menerangkan kepada kita dalam salah satu surat-Nya. Sebuah gambaran tentang betapa banyak nikmat yang telah Dia berikan kepada kita, namun sedikit sekali kita mensyukurinya. Bagi mereka yang mau mensyukuri nikmat itu, kelak Allah akan memberinya rahmat yang tak pernah putus-putusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar