Selasa, 06 Maret 2012

Energi Penulis Muslim

Al-Jahizh, ahli zoologi muslim abad ke-9, mengatakan bahwa peradaban Islam adalah peradaban tulis-menulis. Kenyataan ini dapat terlihat dari karya-karya tulis yang telah dihasilkan para intelek muslim sepanjang sejarah. Para penulis besar itu lahir dari rahim Islam. Mereka telah menghasilkan karya-karya besar yang jumlahnya berjilid-jilid. Bisa dikatakan, para ulama/ ilmuwan muslim merupakan pemikir yang integral. Karya-karya yang mereka tulis mencakup hampir semua ilmu yang berkembang pada saat itu. Imam Abu Hanifah selain dikenal sebagai seorang ahli fikih, beliau juga dikenal sebagai seorang pengusaha dan ahli ilmu ekonomi. Para pakar menyebutkan bahwa pemahaman fikih muamalah Imam Abu Hanifah lebih menonjol dibanding dengan pemahaman Imam mazhab yang lain.

Imam asy-Syafi’i, walaupun dikenal sebagai seorang ahli fikih dan ahli hadits, beliau juga pandai membuat syair dan ahli ilmu kedokteran. Mengenai ilmu kedokteran yang dikuasainya, seorang tabib asal India pernah berdiskusi dengannya dan sangat kagum dengan penguasaan ilmu kedokteran Imam asy-Syafi’i. Imam Ibnu Taimiyah telah menulis kitab yang jumlahnya ratusan, yang mencakup pelbagai disiplin ilmu mulai dari hadits, fikih, ushul fikih, tafsir, tasawuf, politik, sastra Arab, logika, dan filsafat. Ibnu al-Jauzy dikenal sebagai ulama ensiklopedis. Beliau telah menulis hampir tiga ratus kitab. Beliau telah menulis empat jilid di bidang kedokteran. Begitupun dengan ulama/ ilmuwan muslim lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini.

Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa para ulama/ ilmuwan muslim itu begitu antusias menulis? Ini merupakan pertanyaan yang patut kita renungkan untuk dicari jawabannya. Karena jawabannya tentu akan memberi kita energi agar kita dapat melakukan hal yang sama. Sebenarnya tradisi menulis ini sudah dimulai sejak zaman Rasul. Rasulullah Saw. memerintahkan para tawanan perang – jika ingin dibebaskan – harus mengajari menulis dan membaca kepada para sahabat Nabi Saw.. Sejak saat itu, geliat dunia baca-membaca dan tulis-menulis sudah mulai terasa. Artinya, baca-membaca dan tulis-menulis merupakan bagian integral dari perintah Allah dan Rasul-Nya. Dengan kata lain, barangsiapa rajin membaca dan menulis, maka dia akan memperoleh pahala dari Allah. Dan tinta para ulama akan ditimbang sama dengan darah para syuhada. Dorongan ini menyebabkan umat Islam memiliki energi berlebih dibanding umat yang lain. Imam al-Ghazali dan Syaikh Yusuf al-Qaradhawi telah menulis buku yang berisikan keutamaan ilmu dalam Islam. Begitu banyaknya keutamaan tersebut, sehingga membuat saya berkata dalam hati: bagaimana tidak termotivasi untuk menuntut ilmu, sementara keutamaan ilmu itu sendiri begitu sangat banyak.

Dengan rajin membaca tentu kita akan rajin menulis. Hal ini adalah sunnatullah, seperti halnya sunnatullah hujan di musim hujan, dan panas di musim kemarau. Otak ini ibarat bendungan. Apabila terus-menerus diisi dengan air ”bah” ilmu pengetahuan, secara otomatis air bah tersebut akan meluap dan dapat menyebabkan ”bendungan” otak tersebut bocor karena tak sanggup lagi menahan desakan air bah yang ingin keluar. Demikianlah, proses kreativitas dunia baca-membaca tersebut harus kita salurkan dalam bentuk tulisan.

Dengan adanya energi yang berlebih ini, seseorang akan menjadi lebih kreatif. ”Energi adalah percikan api yang menyalakan jiwa,” demikian kata Jordan E. Ayan dalam bukunya AHA! 10 Ways to Free Your Creative Spirit and Find Your Great Ideas. Tanpa adanya energi mental yang mencukupi, perburuan kreatif Anda cacat karena kekeliruan logika dan pemikiran jangka pendek yang mustahil bisa diterapkan. Tanpa adanya energi fisik yang mencukupi, gagasan kreatif tak bisa dijalankan atau terkurung dalam lemari dan jadi berkarat.

Dr. Mihaly Csikszentmihalyi dari Universitas Chicago telah mengidentifikasi tingginya energi sebagai unsur teramat penting dalam keberhasilan intelektual dan kreatif. Lewat riset yang mendalam, dia menunjukkan bahwa orang-orang menjadi sukses dalam mengerjakan tugas jika mampu mencapai suatu keadaan yang disebutnya flow, atau mengalir. Ketika berada dalam keadaan mengalir, tingkat energi menjadi tinggi dan ketajaman mental serta konsentrasi menggelora. Orang yang sedang mengalir jarang berhenti atau ragu, pikirannya jadi begitu tanggap tugas sehingga tindakannya hampir bersifat naluriah.

Begitulah yang terjadi pada ulama dan ilmuwan muslim, mereka begitu bersemangat dan antusias dalam menghasilkan karya-karya tulis, karena begitu banyaknya energi yang tersimpan pada diri mereka. Syaikh Muhammad Abduh pernah menulis buku yang berjudul ”Ilmu Pengetahuan Menurut Islam dan Kristen,” sebagai tanggapan atas pandangan miring seorang orientalis terhadap Islam, hanya dalam waktu satu hari. Kemarahannya telah membakarnya hingga menjalar keseluruh tubuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar