Rabu, 07 Maret 2012

Kisah Tentang Bencana

Saat Mentawai diguncang gempa dan diterpa tsunami dahsyat. Saat gunung Merapi dan Bromo meletus. Ratusan mayat bergelimpangan termasuk Mbah Marijan, juru kunci Merapi. Tak ada yang dapat menghentikan terjadinya bencana itu. Tidak ada yang dapat menghentikan berjalannya sunnatullah. Mana orang-orang yang pandai, ilmuwan terkemuka, teknologi tercanggih? Mereka hanya bisa memprediksi dan mengajak kita untuk berhati-hati sambil memberikan wejangan agar kita terhindar darinya. Sekalipun Amerika, si negera super power, tetap tak berkutik diterjang badai Katrina yang menelan korban hingga ribuan orang. Atau Jepang yang seringkali diguncang gempa hingga menghancurkan gedung-gedung pencakar langitnya.

Di manapun kita berada, dari Sabang sampai Merauke, dari Kutub Utara hingga Selatan, tak ada satu tempat pun yang lepas dari bahaya. Meskipun kita berada dalam benteng yang kokoh, di dalam bunker bawah tanah. Tidak hanya diancam dari bawah bumi dengan gempa, tsunami, banjir, longsor, dan gunung meletus, tapi juga dari langit dengan milyaran asteroid, meteorid, planet-planet, bintang-bintang, yang setiap waktu bisa saja berbelok menghantam bumi. Tidak hanya itu, makhluk kecil seperti bakteri saja dapat membunuh kita.

Saat Mentawai di guncang gempa dan diterpa tsunami dahsyat. Saat gunung Merapi dan Bromo meletus. Saat itulah aku teringat dengan sejarah yang pernah aku baca. Yaitu sejarah orang-orang terdahulu yang ditimpa bencana hebat seperti banjir dahsyat Nabi Nuh, azab kaum Tsamud, Sadum, Aad, Pompeii, Fir’aun dan kaum-kaum yang dimusnahkan Allah lainnya. Artinya, Allah mengisahkan tentang mereka bukan sekedar bacaan yang harus kita ketahui, tetapi sebagai pelajaran bahwa bencana hebat itu bisa saja terjadi menimpa umat-umat setelahnya. Yaitu, mereka yang durhaka kepada-Nya dan jauh dari mengingat-Nya.

Kita sama dengan umat-umat sebelum kita; kita akan menjadi bagian dari sejarah. Kemudian dilanjutkan oleh generasi-generasi selanjutnya. Kemudian mereka menceritakan tentang sejarah kita; tentang bencana hebat yang pernah menimpa kita. Sejarah itu bukanlah hanya dijadikan tangisan dengan diiringi lagu-lagu yang menyentuh hati sementara disisi lain membiarkan maksiat merajalela padahal ada di depan mata! Mereka memandang bahwa apa yang mereka lihat dan biarkan itu tidak ada hubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan bencana yang terjadi. Tanpa ada perbaikan, kerusakan akan semakin parah.

Kisah bencana bukan hanya kisah untuk berbagi dengan sesama, tetapi lebih dari itu. Ia adalah cermin dan pelajaran tentang kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan dan agar kita tidak kembali mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar