Minggu, 04 Maret 2012

Langit dan Bumi Menangisi Kematiannya

Bagaimana tidak menangis, bukankah sebelumnya langit dan bumi mendengarkan lantunan ayat suci al-Quran dibacakan, sedekah yang dibayarkan, dzikir yang dilafazkan, shalat yang ditegakkan, cinta yang ditebarkan, kemungkaran yang dihentikan?

Bagaimana tidak menangis, bukankah sebelumnya langit dan bumi merasakan kesejukan namun tiba-tiba panas gersang, yang tadinya subur tiba-tiba mati, hujan yang turun lebat tiba-tiba berhenti, sungai yang mengalir deras tiba-tiba mengering, bunga yang mekar tiba-tiba layu dan mati?

Langit dan bumi menangis karena rindu pada sang kekasih, walau baru ditinggal beberapa menit yang lalu. Keduanya sangat berharap ada kekasih-kekasih lain yang mau menghibur mereka. Keduanya menjadi hidup karena telah diberi “makan” dan “minum” oleh amal-amal saleh. Sebaliknya, musibah dan bencana terjadi karena kemaksiatan orang-orang durhaka. Pantas saja keduanya tidak menangisi mereka.“Langit dan bumi tidak menangisi mereka.” (QS. Ad-Dukhan: 29).

Ibnu Abbas Ra. pernah ditanya berkaitan dengan firman Allah di atas, “Apakah langit dan bumi itu menangis atas seseorang?”

Beliau menjawab, “Ya, sesungguhnya tidak ada seorang pun dari makhluk ini melainkan dia mempunyai dua pintu di langit: satu pintu untuk turunnya rezeki dan satu pintu lagi untuk naiknya amal perbuatannya. Jika seorang mukmin meninggal, ditutuplah pintu di langit yang menjadi jalan naiknya amal perbuatannya dan menjadi jalan turunnya rezeki kepadanya, sementara dia menangis karenanya. Jika dia kehilangan mushala di bumi yang menjadi tempatnya mengerjakan shalat dan berzikir kepada Allah, bumi akan menangisinya. Sesungguhnya kaumnya Firaun di muka bumi ini tidak mempunyai peninggalan yang baik, dan tidak pernah ada kebaikan dari mereka yang naik kepada Allah, sehingga langit dan bumi tidak menangisi mereka.”

Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya bumi itu akan menangisi orang mukmin yang meninggal selama empat puluh hari.” Mujahid juga berkata, “Tidaklah seorang mukmin meninggal melainkan bumi menangisinya selama empat puluh hari.”

Abu Ubayd berkata, “Sesungguhnya jika seorang mukmin meninggal, belahan bumi akan berseru, ‘Hamba Allah yang mukmin itu telah meninggal’. Bumi dan langit lantas menangisinya. Kemudian Tuhan bertanya, ‘Apa yang menyebabkan kalian menangisinya?’ Langit dan bumi menjawab, ‘Tuhan kami, dia tidak berjalan pada bagian dari kami melainkan dia selalu berzikir kepada-Mu’.”

Adh-Dhahak berkata, “Beberapa tempat di bumi yang pernah ditempatinya dan tempat naiknya amal perbuatannya di langit akan menangisi orang mukmin yang saleh.”

Sedangkan menurut riwayat dari Atha’ disebutkan, “Menangisnya langit itu berupa warna merah pada bagian-bagian tepinya.” Al-Hasan berkata, “Menangisnya langit adalah berupa warna merah yang ada padanya.” Sementara Sufyan ats-Tsaury berkata, “Warna merah yang ada di langit itu adalah wujud tangisnya atas orang-orang yang beriman.”

Wahai sahabatku, semoga kita menjadi bagian dari orang-orang beriman yang beramal, taat, menjauhi segala bentuk kemaksiatan, dan mati dalam keadaan beriman.Amin ya Rabbal alamiin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar