Minggu, 04 Maret 2012

Siapakah yang Dimaksud dengan Ulama?

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir: 28).

Syaikh Aidh al-Qarni berkata, “Ayat ini terletak setelah ayat-ayat yang berbicara tentang tanda-tanda kebesaran Tuhan yang terbentang di alam dan ayat-ayat tentang syariat-syariat yang telah ditetapkan-Nya. Makna sebaliknya dari ayat ini adalah bahwa orang-orang yang bukan ulama tidak akan takut kepada Allah Swt.. Banyak fakta yang membuktikan bahwa kebanyakan ilmuwan non-muslim berpindah agama menjadi muslim setelah mengamati ayat-ayat Allah.” (Iqra Bismirabbik, hlm. 16).

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, “Bahwa takut kepada Allah itu hanya terjadi pada orang-orang berilmu.” (Buah Ilmu, hlm. 11, penerbit Pustaka Azzam cet. II (1999))

Tentang hal ini, Ibnu Mas’ud ra berkata, “Cukuplah bahwa ilmu itu membuat orang takut kepada Allah, dan bahwa kebodohan itu membuat orang menipu Allah.”

Dr. Yusuf al-Qaradhawi berkata, “Ilmu pengetahuanlah yang menyebabkan rasa takut kepada Allah, dan mendorong manusia kepada amal perbuatan.” (Lihat Fikih Prioritas)

Dr. Wahbah Zuhayli berkata, “Sungguh, di antara hamba-Nya, yang takut kepada Allah, meskipun Allah tidak terlihat, hanyalah ulama. Yaitu, orang-orang yang mengetahui Allah lewat sifat dan perbuatan-Nya, karena mereka mengetahui ciptaan Allah demikian detail, lantas mereka mengagungkan Allah dengan sungguh-sungguh.” (Lihat Al-Mausu’ah al-Qur’aniyyah al-Muyassarah)

Dari keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan ulama adalah orang yang beriman, berilmu, beramal, dan takut kepada Allah. Artinya, siapapun bisa menjadi ulama. Tidak harus orang yang berjubah, memakai sorban atau suka dipanggil Kyai Haji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar