Allah Swt. berfirman bahwa Dia beserta orang-orang yang sabar. Sabar yaitu ketekunan yang paling esensial. Ketekunan menghasilkan kekuatan dan kekuatan memberikan ketekunan.
Kisah Sakaki, ilmuwan abad ke-7 H, sangatlah menarik. Pada usia tiga puluhan, ia mulai belajar. Gurunya tidak yakin akan kesuksesannya. Tapi ia gigih belajar dan menampakkan keteguhan yang luar biasa. Lalu untuk mengetahui kecerdasan dan daya tangkapnya, sang guru mengajarkan masalah sederhana kepadanya, yaitu masalah fikih Syafi’i yang mengatakan bahwa kulit anjing dianggap suci bila disamak.
Akhirnya Sakaki banyak mengulangi kata-kata itu. Dengan semangat dan gembira, ia siap menerima pelajaran. Keesokan hari, sang guru bertanya kepada Sakaki di tengah keramaian murid, “Wahai Sakaki, sebutkanlah masalah kemarin.”
Dengan cepatnya Sakaki menjawab, “Anjing berkata, ‘Kulit guru dianggap suci bila disamak’.” Seketika itu gemuruh tawa guru dan murid-murid meledak keras. Namun jiwa bersih sang murid baru, Sakaki, tidak membuatnya gentar dengan kegagalan tes kali ini. Ia menjalani pendidikan dengan sang guru selama sepuluh tahun. Lantaran faktor usianya yang tua, maka proses belajarnya tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
Pada suatu hari, Sakaki pergi ke sahara untuk menghafal pelajarannya. Sesampai di sana, ia menyaksikan tetes air hujan jatuh ke atas sebuah bongkahan batu hingga terlihat berlubang. Pemandangan di depan matanya membuat ia berpikir lalu berkata, “Hati dan jiwaku tidak lebih keras daripada batu ini. Sekiranya cucuran ilmu seperti air hujan mengucur di dalam hatiku, tentu dampaknya yang baik bisa membekas di masa tuaku ini.”
Kemudian Sakaki kembali ke kota dan giat belajar dengan penuh semangat. Karena konsisten dan keteguhannya, ia menjadi seorang pujangga Arab. Ia telah menulis sebuah buku tentang pengetahuan bahasa Arab di mana pada beberapa masa buku itu diajarkan di universitas-universitas Islam.
Air yang mengalir dari pegunungan, di perjalanan ia melintas bebatuan dan hambatan. Di hadapan itu semua ia menunjukkan perlawanan yang tangguh. Air, dengan setetes demi setetes dan terus menerus, bisa mengikis kekuatan hambatan. Dengan menganganya lubang-lubang kecil bekas tetesan, membuka sebuah jalan bagi air.
Para pelajar memerlukan kesabaran, ketabahan, keteguhan, dan konsisten yang melebihi orang lain. Karena masa depan ditentukan oleh apa yang mereka lakukan saat ini. Dengan kata lain, tanpa kesabaran, seseorang tidak bisa maju berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar