Rabu, 07 Maret 2012

Kesudahan yang Baik Bagi Orang Bertakwa

تِلْكَ الدَّارُ اْلأَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لاَيُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي اْلأَرْضِ وَلاَفَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Qashash: 83).

Apakah makna dari ayat ini? Apakah kesudahan yang baik itu hanya terletak di akhirat saja (surga) saja? Ataukah juga di dunia?

Jika kita membaca buku-buku sejarah ulama-ulama saleh dan orang-orang yang pernah menyiksanya, maka akan terlihat perbedaan mencolok dalam gelar dan pujian untuk mereka di dunia. Sebut saja Said bin Jubair, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Hasan Al Banna pernah di penjara dengan mendapat siksaan yang sangat mengerikan. Sebagian ada yang wafat di dalam penjara dan sebagian lagi mati syahid di bunuh. Apakah mereka di kenang dalam sejarah sebagai orang-orang yang jahat karena pernah di penjara? Tidak! Bahkan mereka dikenang sebagai ulama-ulama shalih, mujahid yang gagah berani, orang yang teguh pendiriannya, dan julukan-julukan terpuji lainnya. Dan pada akhirnya kaum muslimin dan orang-orang yang mencintai kebaikan mendoakannya dan mengukir namanya dengan tinta “emas”. Insya Allah mereka kelak mendapatkan surga-Nya sebagaimana yang telah dijanjikan-Nya.

Lalu, bagaimana dengan orang-orang yang jahat? Sudah pasti di akhirat mendapatkan azab yang pedih. Bagaimana dengan di dunia? Apakah mereka dibiarkan begitu saja terus-menerus melakukan kejahatan terhadap umat? Tentu tidak. Dalam sejarah disebutkan, bahwa orang-orang jahat mengalami nasib tragis pada akhir masa kehidupannya. Sebut saja al-Hajjaj. Dia adalah seorang pejabat yang pernah menyiksa dan membunuh banyak ulama, di antaranya adalah Said bin Jubair Rahimahullah. Dia tertimpa penyakit bisul pada tangannya, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya. Akhirnya, al-Hajjaj mengerang kesakitan dengan mengeluarkan suara seperti banteng yang meregang nyawa, kemudian ia mati dalam keadaan yang mengenaskan.

Biarpun di masa hidupnya al-Hajjaj mendapat kesenangan dan beragam kemewahan, tapi pada akhir masa hidupnya dia mendapat siksa yang sangat mengerikan, dan sesudah kematiannya dia mendapat kutukan, hinaan, dan celaan dari kaum muslimin. Dan di lembar sejarah dia di tulis sebagai tokoh jahat.

Oleh karena itu, barangsiapa yang menabur benih, kelak ia akan menuai hasilnya. Benih-benih kebaikan menghasilkan kebaikan, pujian, kebahagiaan, dan surga. Sedangkan benih-benih kejahatan menghasilkan kejahatan, celaan, kesedihan, dan neraka.

فَاعْتَبِرُوا يَآأُوْلِى اْلأَبْصَارِ

“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan!” (QS. al-Hasyr: 2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar