Rabu, 07 Maret 2012

Ketika Kita Membenci Orang Lain

Sahabatku, kebencian kita kepada orang-orang yang terdekat dengan kita, sering kali hanya membuahkan kesedihan yang berkepanjangan. Karena, sering kali kebencian itu muncul bukan dari kesadaran diri kita sendiri, tetapi lebih disebabkan oleh perkataan atau bisikan orang lain. Bisikan demi bisikan itu jika dibiarkan begitu saja, kemudian akan membentuk menjadi tingkah laku yang sesungguhnya. Api yang semula kecil dan bisa dengan mudah dipadamkan, kini menjadi besar disulut oleh orang lain.

Demi Allah, kita tidak akan pernah tenteram dengan kebencian. Kebencian membuat diri kita tidak dapat berlaku adil. Kebencian itu akan membinasakan kita. Kita akan merasakan kesedihan yang berkepanjangan setelah orang yang kita benci meninggal dunia, pergi entah kemana, atau tidak bertemu lagi hingga masing-masing kita meninggal dunia. Karena, biasanya kita akan terkenang dengan orang yang kita benci. Bagaimana pun juga orang yang kita benci pernah berbuat baik kepada kita. Tentang hal ini, Imam Syafi’i pernah bersyair:
Manusia yang paling nampak bagi seseorang adalah yang paling dibencinya
Sebagaimana rasa cinta telah menyumbat hatiku

Mungkin kita harus ingat hadits Nabi Saw. yang berbunyi, jangan mencintai secara berlebihan dan jangan membenci secara berlebihan pula. Siapa tahu orang yang kita cintai menjadi orang yang kita benci. Dan, siapa tahu orang yang kita benci menjadi orang yang kita cintai.

Sebuah ungkapan menarik menyebutkan: Jangan membanting pintu terlalu keras, siapa tahu kita akan kembali.

Hikmahnya adalah, kita harus mengintrospeksi diri. Tidak ada satu pun manusia yang luput dari kesalahan. Jika orang itu memang bersalah, bukankah kita juga pernah bersalah? Kemudian orang itu meminta maaf kepada kita, lantas kita memaafkannya dengan hati yang ikhlas. Bagi kita, lebih baik melihat kekurangan diri kita ketimbang melihat kekurangan diri orang lain. Lebih baik melihat aib kita sendiri daripada membuka-buka aib orang lain.

3 komentar: